Bersama dia bagian 2



Akhir September 2004, minggu ke3

Kurang lebih 3 kali pertemuan dengan Agus setiap hari sabtu berturut - turut, rupanya aku lihat Agus juga menaruh ketertarikan padaku,( bukanya sok kegedean perasaan alias GR ), tapi aku tidak yakin sama sekali dengan keseriusan Agus. Aku mencoba bermain api, demi mencari kesempatan buat buktikan ,apakah ahmad menyayangiku?
Meski aku tahu beresiko, aku harus jalan dengan Agus, tapi fikirku, gak apa apa yang penting perasaanku gak ngegantung gini. Lagian gak rugi juga jalan sama Agus, dia tajir hehheh gak jelek – jelek amat, nikmati aja. Tapi gak sejahat itu juga ya akunya, bersama Agus aku juga mencoba masuk didunianya, tapi sayangnya aku gak bisa, hihihi
Setiap Agus ke kost ia selalu membelikan sesuatu (makanan) buat aku, dan berlebih – lebih, aku bagikan dengan teman- teman kostku, aku gak bisa lupa membagi bersama ahmad. Seperti biasanya, aku selalu cerita ahmad, namun kali ini tampak sangat berbeda dari biasanya, ahmad begitu cuek, gak peduli.
Dalam kebimbangan aku ragu dan putus asa, dalam hatiku “aku bisa merasakan kamu sayang aku, tapi kenapa kamu tak lagi menganggapku sepenuhnya sebagai sahabat, kamu cemburu ahmad, aku akan menunggu itu, dan jangan pernah menyesal jika suatu hari ada yang memilikiku ”
Setelah percakapan terakhirku bersama ahmad, aku mencoba menjaga jarak dengan ahmad.
Datang lagi malam minggu, Agus datang ke kost mengajakku jalan ke sebuah pusat perbelanjaan kota, ia utarakan maksud keseriusan sama aku. Aku tahu keputusanku ini salah, Agus bukanlah orang yang aku ingin miliki, ratna hanya ingin membuktikan cinta ahmad. Namun aku terperangkap dalam permainanku sendiri, aku harus ada dalam suasana ini. Hari-hariku terisi cerita Agus dan waktuku bersama ahmad pergi, aku merasa benar-benar kehilangan sahabat dan cinta. Setiap malam minggu Agus selalu datang mengunjungiku dikost, selalu membelanjakan sesuatu, semua itu aku jalani dengan kepalsuan, karena benar-benar tidak ada dasar rasa suka, hanya sekedar main-main.
Sore itu Agus mengajakku jalan, disebuah mall dikota Malang, ia bilang: “ aku ingin memiliki sampeyan”, tersentak aku mendengar semua itu. Apa yang harus aku katakan?
Asal nyeplos aja,
“Jika emang sampeyan serius sama aku, bilang ke orang tuaku”.itu jawabanku. Aku berani bilang demikian, karena aku fikir itu hal yang tidak mungkin ia lakukan.
Sejak hari itu, ia seolah nampak sudah memilikiku. Aku jalani bersama ia dengan hati yang berbeda, karena tidak bisa aku pungkiri aku taruh hatiku bersama ahmad.
1 minggu berikutnya ia temui aku, dan ia bilang sudah temui orang tuaku, dan ia tampak yakin memilikiku. Dengan segala yang ia punya (money) ia perlakukan perempuan dengan harta. Tampak betul ia memandang perempuan sebagai makhluk matre…  Aku benar – benar terjebak dalam permainanku sendiri, aku tau hatiku tak seluruhnya bersama ia tapi aku paksakan, karena aku kesal lihat sikap ahmad yang acuh padaku, mungkinkah ahmad bersikap demikian karena Ahmad cemburu? Itu tanyaku…
Akupun bercerita banyak hal, salah satunya tentang masa lalu dalam percintaanku.
Aku : Mas, aku punya masa lalu buruk dalam hubungan dengan cowok, jadi seperti saat ini, aku bersama kamu juga gak bisa 100% menyukai kamu, aku baru kenal kamu. Karena sampai sekarang, aku masih menyimpan rasa yang dalam untuk dia (masa laluku).
Agus : iya, gak apa-apa, aku akan menunggu.
Aku: Dan kamu juga harus tahu, aku dekat dengan seseorang dikost, aku bersahabat baik dengan ia, cowok. Dia ahmad. Ia sahabat baikku, dia selalu Bantu aku belajar, dan dia perhatian sama aku.
Agus: … (dalam diam)
Aku : kalau kamu mau bersama aku, jangan kecewakan aku, aku nggak mau terluka lagi.
Agus: Jangan tinggalkan aku, aku saying sampeyan.
Aku : … liat gimana kedepannya
Lega, setelah aku bercerita semua, sedikit bebanku terasa berkurang, dan ia semakin menggila, dengan menghamburkan banyak uang untuk kencan dengan aku, berbagai macam kebutuhan (makanan anak kost) ia kasih, bahkan ia dimanfa’atkan temen-temen kostku, kasian juga sebenarnya. Tapi aku bisa apa? Mungkin aku bertindak tak sepatutnya, tapi aku bakal bela ia kalau “aku bener-bener suka sama ia”, tapi maaf. Hati ini belum bisa bersama kamu agus.
next

0 Komentar di "Bersama dia bagian 2"